Baru saja kigendeng menempuh jarak 445 km menggunakan kereta api Gumarang* (kelas bisnis) menuju rumahnya yang sudah 6 bulan ditinggalkan. Dengan ongkos Rp 70,000, duduklah kigendeng diantara ratusan orang lain yang duduk di kursi masing-masing. Masing-masing? Tidak. Terlihat pemandangan beberapa orang duduk di lantai beralaskan koran. Apakah mereka tidak kebagian kursi? Kenapa bisa? Pertanyaan itu terjawab 30 menit setelah kereta berjalan.
Kondektur datang mengecek tiket penumpang. Saat melewati salah satu orang (sebut oknum A) yang tidur di jalan , sang penumpang memberikan uang RP 15.000 langsung ke kantong pak kondektur, sambil berkata " Telu (bahasa indonesia: tiga) ya mas". Dan kondektur berlalu.
Wow, Rp 15.000 untuk 3 orang. Seorang hanya membayar Rp 5.000! Mengapa kondektur itu mau? Kenapa saya harus bayar tambahan Rp 65.000 untuk sebuah bangku?
Dalam tiap gerbong ada sekitar 10 orang yang berperilaku seperti oknum A. Kereta Gumarang terdiri dari 7 gerbong kelas bisnis dan 2 gerbong eksekutif. Fenomena itu (sepanjang pengamatan kigendeng) hanya terjadi di kelas bisnis. Maka ada sekitar 70 orang oknum A. artinya Sang kondektur mengantongi 70*Rp.5000 = Rp.350.000 dalam satu perjalanan. Gumarang memang beroperasi tiap hari (tapi pasti sang kondektur tidak tiap hari). Bayangkan jika sang kondektur bekerja tiap hari maka ia mendapat tambahan sebulan sebesar Rp.350.000*30 = Rp 10.500.00 (tentu asumsi kondektur tidak diganti).
Sang oknum A dan kondektur better off , artinya tidak terjadi market efficiency di sini. Memang, masalah ini lebih ke arah masalah lemahnya aturan tapi perlu dicatat hal sebagai evaluasi tingkat upah pegawai kereta api. Saya pun merasa rugi dalam arti harus mengeluarkan biaya yang besar padhal fasilitas tidak jauh berbeda. Perlu paduan insentif dan disinsentif bagi pihak konsumen dan petugas yang berpeluang memanfaatkan lemahnya sistem kontrol di dunia kereta api Indonesia.
*KA Gumarang adalah kereta dengan trayek Jakarta-Surabaya
Sunday, July 26, 2009
Cheapest Transportation
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment