Tuesday, September 2, 2008

Liberalisme dan Sosialisme: Dua Sisi Sebuah Keping Utopia

" It's not from from the benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we expect our dinner, but from their regard to their self interest..." (Adam Smith, The Wealth of Nations)

Self interest tiap individu akan mendorong terjadinya pemenuhan kebutuhan sosial...Secara umum begitulah pemikiran Adam Smith tentang bagaimana sebuah perekonomian berlangsung. Smith yakin akan kekuatan invisible hand (mekanisme pasar sempurna) mewujudkan social goods. Individu menjadi aktor, dan kompetisi sebagai regulator.
Sebuah pemikiran besar yang nantinya turut berperan membangkitkan kapitalisme...

" The Communist disdain to conceal their views and aims...Let the ruling classes tremble at a communist revolution. The proletarians have nothing to lose but their chains. They have a world to win." (Karl Marx, The Communist Manifesto)

Tujuh puluh dua tahun kemudian kemarahan seorang jenius keturunan yahudi meledakkan suatu gelombang massa lewat Manifesto. Kekecewaan yang terus berlanjut akan ketimpangan ekonomi kaum proletar (buruh) dan kapitalis menggerakkan Karl Marx bersama sahabatnya F. Engels menghasilkan sebuah masterpiece, Das Kapitalis, sebuah tumpukan ide radikal dan provokatif setebal 25 ribu halaman menantang sistem pemerintahan yang sudah dianggap usang. Menghapuskan "vampir" kapitalis dan melepaskan proletarian menikmati haknya...
.............................................................................................................................................................
Manusia ingin bahagia. Manusia ingin hidup sejahtera. Manusia ingin hidup tanpa keterbatasan. Suatu utopia yang mengendap di benak manusia sejak dilahirkan.

Liberalisme dan sosialisme adalah bentuk keinginan yang kuat menciptakan suatu sistem ideal di mana manusia bisa hidup "bahagia". Keduanya hanyalah sama, berawal dari kesadaran manusia sebagai makhluk sosial sekaligus individual... Liberalisme menganggap bahwa kesejahteraan individu akan menciptakan suatu kesejahteraan masal. Di sisi yang lain sosialis beranggapan, dahulukanlah kesejahteraan sosial maka tiap individu secara otomatis mendapatkan kesejahteraan tersebut. Keduanya adalah dua sisi satu keping utopia yang sama.

Sejarah mencatat; sepanjang kepingan itu dilambungkan ke angan-angan, banyak darah yang tumpah, tangisan yang kering, dan kebencian ...tapi hanya akan ada satu sisi yang tampak dan kita tidak tahu apa sampai ia jatuh ke tanah...(depok, september 2008)

Read More ..