Monday, April 13, 2009

Masih Kompetitifkah PEMILU (2009) kita?

Pemilu (tahap 1) legislatif sudah berlalu, tentu menyisakan banyak persoalan entah isu kecurangan, kekecewaan pihak yg kalah, DPT yang kacau, bahkan klaim "Pemilu terburuk dalam sejarah" (oleh seorang CaPres yang sangat mencintai petani).

Namun, apapun itu, lewat "mainan baru" bernama QuickCount masyarakat bisa melihat gambaran hasil Pemilu 9 April ini sembari menunggu tabulasi resmi KPU.

Berikut hasil menurut Lembaga Survei Indonesia: (http://www.lsi.or.id/riset), margin errror 0,9. dengan confidence interval 99%. (saat posting ini dibuat)

1. Demokrat -----------------20,5%
2. PDI Perjuangan -----------14,2%
3. Golkar --------------------13,9%
4. PKS----------------------- 8%
5. PAN ----------------------5,8%
6. PPP -----------------------5,2%
7. PKB -----------------------5,1%
8. Gerindra ------------------4,5%
9. Hanura --------------------3,8%
10. sisa lainnya 18,9% ---karena sisa 35 partai, maka asumsikan perolehan rata 0,54%

Sekarang mari berkenalan dengan rumus Herfindahl-Hirschman Index. HHI dikenal dalam industrial economics, sebagai pengukur market concentration. Metodenya dengan meng-kuadratkan market share perusahaan dalam suatu kompetisi lalu menjumlahkannya (sum). Semakin tinggi HHI maka ada indikasi monopoli yang kuat (angka terbesar 10,000) dan berarti tidak ada persaingan yang kompetitif. Market share adalah persentase dari sales sebuah perusahaan dalam suatu pasar.

Namun, mari kita sedikit bermain-main dengan data partai diatas. Tentu kita setuju bahwa indikator "sales" dari jualan janji politik saaatkampanye adalah "suara". Maka bisa dikatakan angka dalam persen diatas sama saja dengan market share peserta Pemilu.

artinya HHI = ((20,5)^2 + (14,2)^2 + (13,9)^2 + ...)) = 1010,686
menurut teori bila HHI berada antara 1000-1800 maka terjadi moderate concetrated (nb: bila <1000>1800 ada highly concentrated atau monopoli).
Perhitungan kita menunjukkan HHI Pemilu 2009 adalah 1010,686 berarti adanya indikasi terkonsentrasinya suara pada beberapa partai tertentu..Implikasinya tidak lain adalah persaingan oligopolistik, artinya partai2 akan bersikap seperti pelaku usaha di pasar oligopoli entah bernama "koalisi", akuisisi partai kecil, dll.

Masihkah Pemilu kita kompetitif? Data mengatakan tidak, tetapi sebenarnya hal itu bukan masalah justru ada indikasi baik bahwa suatu saat (in the longrun) sesuai perilaku oligopoli jumlah partai akan mengerucut. Namun, tentu politik bukan sesimpel persaingan usaha industri, banyak irasionalitas dan anomali yang terjadi.

Read More ..