Monday, October 19, 2009

SBY's Appetite

Indonesia masih menunggu "peluncuran" Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II setelah pidato pelantikan baru saja berlangsung. Isu paling seksi tetaplah pos-pos ekonomi. Setidaknya ada dua pos penting Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian

Sri Mulyani memberikan harapan akan konsistensi kebijakan yang selama ini mampu, setidaknya mengangkat Indonesia dari krisis, walaupun di sisi lain merupakan berita buruk bagi pengusaha bandel yang berharap akan kelonggaran pajak. Menteri Keuangan relatif aman kritik, tapi bagaimana dengan Menko Perekonomian?

Sulit menduga Hatta Rajasa terpilih dari sekian banyak opsi ahli-ahli "murni" ekonomi. Agak sulit menerka-nerka apa alasan kuat SBY memilih beliau. Isu "anak emas" sudah menempel pada Hatta Rajasa, melihat kesetiaannya mendampingi SBY sejak tahun 2004.

Bukan bermaksud membela, tetapi masih ada sedikit benang merah yang cukup rasional dalam kasus ini. Sejak awal ada indikasi bahwa Boediono sebagai wapres akan punya porsi besar dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Melihat hal tersebut ada satu hal penting yang selalu didengungkan oleh Boediono, soal infrastruktur (baca posting sebelumnya).

Di sinilah celah benang merah tersebut. Hatta Rajasa sudah memimpin Departemen Perhubungam dari tahum 2004 - 2007. Tentu 4 tahun tersebut merupakan waktu yang cukup untuk mengenal tantangan sistem perhubungan kita. Selama ini sistem transportasi ditufing (bahkan oleh Boediono) sebagai sumber high-cost economy yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, termasuk dalam pengembangan potensi daerah dan pengentasan inequality pusat-daerah.

Justru posisi Hatta akan sengaja dispesialisasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut lewat pos yang lebih sentral yaitu Menko Perekonomian. Dengan bekal pengalaman masa lalu Hatta Rajasa bisa melakukan analisa mendalam dan mengambil kebijakan yang tepat untuk solusi ini. Sedangkan masalah perekonomian yang lain ditangani Boediono. Ujungnya, sebenarnya di departemen koordinasi Perekonomian terdapat duumvirate leader (dwitunggal kepemimpinan) yang tidak tampak. Duet pemimpin inilah yang mungkin diharapkan saling melengkapi

Tentu ini sekedar analisa dan murni opini. Hanya SBY yang tahu tujuan teknis-politis dalam penujukkan ini. Yang patut diingat, setidaknya ada 2 hal penting dari sisi ekonomi. Pertama, SBY harus bisa meyakinkan pasar bahwa pilihannya tepat, sebab ketidakpercayaan pasar sangat mengganggu stabilitas yang selama ini menjadi citra pemerintahan SBY. Kedua, SBY dan kabinet barunya di bidang ekonomi bisa melakukan program sinergis antar-departemen lewat perncanaan jangka panjang, idealnya lebih dari sekedar agenda 5 tahunan.

No comments: