Sunday, October 18, 2009

Charter Cities: Radical Concept for Development

Ada sebuah pertanyaan besar dalam ekonomi pembangunan (economics development). Apakah negara-negara maju dapat berperan dalam membantu perkembangan negara -negara berkembang? Sebagian besar dari kita akan berkutat dengan sinisme dan bayang-bayang imperialisme modal asing ataupun segera mmembayangkan liberalisasi ala IMF dan lain-lainnya. tetapi Paul Romer (ekonom Stanford University) menjawab "bisa" dengan cara yang lain. Konsepnya cukup radikal, mengembangkan sebuah charter cities". Mengapa kota?

Inspirasi datang dari Hongkong. Sebuah kota dengan perekonomian termaju di China. Dan, ada satu fakta yang kurang diperhatikan, kota itu dibentuk dalam suatu kondisi unik. Kepemilikan bersama Inggris dan China. Benar, bahwa banyak konflik dan perang fisik dalam pengembalian secara utuh ke negeri China Yang menjadi poin penting adalah bagaimana kota itu tumbuh dengan iklim perdagangan terbuka ala "barat, tetapi harus berada dalam kontrol ketat ala sosialis China. Hasilnya, Hongkong menjadi suatu kota yang modern, mampu menarik investasi, dan tetap mempertahankan kesejahteraan rakyat China.

Di sinilah ide Romer bermula. Jika negara maju mau menciptakan suatu bentuk pemerintahan kota bersama yang memberdayakan penduduk negara berkembang, maka penduduk di negara berkembang mempunyai banyak pilihan. Indonesia misalnya, bisa bekerja sama dengan Australia dan menetapkan suatu kawasan kosong, mungkin di Australia ataupun di Indonesia dan menciptakan suatu kota berdasarkan charter. Di kota ini penduduk Indonesia tetap berada dalam payung hukum Indonesia. Hal ini termasuk mekanisme paja, yaitu penerimaan pajak penduduk dengan kewarganegaraan Indonesia tetap masuk ke APBN. Australia mendapat kesempatan meluaskan pasar industri mereka yang hampir mentok akhir-akhir ini. Dengan iklim investasi mudah maka pihak asing lain dapat dengan mudah menanamkan saham. Dan terpenting terjadi spill over teknologi dan modal, mengingat modal dan teknologi masih menjadi missing factors dalam proses industrialisasi Indonesia (tipikal negara berkembang).

Konsep ini masih mentah dan sedikit radikal. Menmbayangkan proses kerjasama bilateral hingga pemerintahan kota bersama terlihat tidak feasible tetapi bukan tidak mungkin dilakukan.
Just an idea,

No comments: