Komentar salah satu tim sukses Capres (JK-Win), Saleh Husein:
Sistem pendidikan nasional saat ini juga menghadapi persaingan dengan lembaga pendidikan asing yang sudah merambah masuk ke dalam negeri. Ini sebagai akibat dari pasar bebas dan belum adanya pembelaan yang jelas dari pemerintah terhadap lembaga pendidikan nasional. baca artikel lengkapnyaPendidikan dianggap mahal dan pemerintah dianggap tidak mampu membagi "kue secara adil" Lucunya sekarang pemerintah ketakutan melihat penetrasi lembaga pendidikan asing di dunia pendidikan nasional yang "ngantuk". Istilah pendidikan nasional menjadi absurd. Adakah bedannya pendidikan nasional dan "internasional"? Bukankah soal kualitas? Namun, tampaknya isu bergeser mengatakan pendidikan nasional harus bermuatan budaya nasional.
Tentu hal ini tidak salah, melestarikan budaya lewat pendidikan bertujuan baik, apalagi ditengah sibuknya kita mempertahankan budaya yang ramai-ramai "dicuri" orang. Masalahnya benarkah itu tujuan dan alasan tepat menghalangi transfer ilmu yang lebih baik dari "luar" (ironis melihat banyaknya tuntutan agar pemerintah mempermudah link beasiswa ke luar negeri)
Apapun itu pasar bebas sekali lagi menjadi pelaku dan korban. Bahkan sampai-sampai pendidikan nasional perlu diproteksi. Padahal logikanya pendidikan asing yang dikenal mahal, jika masyarakatIndonesia makhluk rasional tentu mereka akan memilih pendidikan nasional yang relatif murah. Sebenarnya apa yang "dilindungi? Keterjangkauan pendidikan atau kualitas buruk pendidikan nasional yang "malas" bersaing? Ya anggap saja ini kesesatan pikir yang biasa dalam hiruk-pikuk kampanye...
No comments:
Post a Comment