Friday, June 19, 2009

Debt: Opportunity or Trap? Or Who Must take The Blame?

Baru saja mengikuti diskusi menarik (KANTIN IE), menyoal utang negara "apakah menguntungkan atau merugikan". Tiba-tiba saja moderator menunjuk ke arah seorang pemuda canggung yang baru datang. Mukanya jelas tampak tidak siap, sementara sebelumnya perdebatan melibatkan data, statistik, rasio, dan istilah-istilah macam "LOI", "agenda asing", IMF, "kepentingan Barat", tinggallah pemuda itu kebingungan. Alih-alih berpendapat ia malah bercerita:

" Ada seorang tukang nasgor (nasi goreng) miskin yang selama ini berjualan di pinggir jalan dengan modal seadanya. Gubuk sederhana, sebuah kompor minyak tua, dan topi penahan terik matahari. Suatu saat sahabat kita ingin menambah modal (baca: utang) pada temannya yang cukup kaya. Temannya bersedia, jumlah 3 juta bukan masalah besar . Namun, sang sahabat tukang nasgor ini mengajukan syarat bahwa ia harus mengganti kompor minyak tua dengan kompor gas ber-LPG.

Menurut sahabat kaya kita ini LPG membuat masakan cepat matang dan intinya lebih efisien, ia menjelaskan bahwa di rumahnya dengan kompor gas, masakan sejenis tersaji lebih cepat dan lebih baik , eh maaf, lebih banyak. Teman kita tukang nasgor ini menyanggupi dan tampak puas. Singkatnya uang dipinjam dan segera ia mengganti kompor tuanya dengan kompor gas. Tak lama berselang tersiar kabar tukang nasgor itu terkena musibah, kompor gasnya meledak. Rupanya ia tidak terlalu paham penggunaan dan perawatan gas LPG. Dengan latar gubuk yang tinggal sisa-sisa, tukang nasgor merenung..."

Siapakah yang harus disalahkan?

Menurut Anda?

8 comments:

Jahen Fachrul Rezki said...

Yah, kalo gw sih menyalahkan yang memberi hutang...

Udah tw si tukang nasgor gaptek dalam memakai LPG..ngapain dipinjemin duit..

Gw sedikit percaya dengan John Perkins, bahwa sebenarnya Asing mempunyai tujuan tersendiri dibalik kebaikan mereka meminjamkan uang kepada sebuah negara berkembang...

Mungkin si orang kaya ini sengaja nyaranin si penjual nasgor supaya make LPG biar usaha nasgor tsb bisa diambil alih oleh si orang kaya..

hahha
Analisa yang aneh..tapi who knows...

kigendengwaras said...

ga aneh kok analisanya..heheh

banyak orang yang percaya asing punya niat jahat..tapi siapa yg tau niat

kalo gw sih melihat betapa kita sbg tukang "nasgor" kok juga masih ga bisa pake LPG sampe skrg..cuman bisa nyalahin
intinya sama kaya zaman penjajahan kita dieksploitasi ketidak tahuannya (bodoh?),,brarti indonesia g berubah dong..haha

yah kalo asumsinya orang kaya tamak mungkin aja..kalo gw jadi orang kayanya sih cukup beli aja nasi gorengnya ga perlu ngrebut dagangannya..apalgi dengan market share tukang nasgor yang kecil, hehee

Archie said...

Gw gak setuju dengan kata2 musibah. Jelas kompor gas meledak akibat tukang nasgor yang bodoh dan ceroboh. Harusnya dia sudah memikirkan hal itu (risk and return). Walaupun pada akhirnya si kaya mengambil bisnisnya dia, itu adalah akibat dari kecerobohanya dia. The survival of the fittest.

Menurut gw wajar aja kalo US kasih syarat2 yg agak2 menyeramkan, justru itu membuat kita terpacu memanfaatkan utang dgn sebaik-baiknya. Lagian toh yg pada akhirnya memutuskan meminjam atau tidak bangsa kita juga. Kalaupun emang yg menyetujui itu gak capable ato koruptor ya itu beda urusan.

btewe siapa sih pemuda canggungnya? jgn bilang alam...ehehe

kigendengwaras said...

Nah..ada sudut pandang baru dari o m nih...

"musibah" ini biar netral aja...jadi tergantung kita melihat kausa dari musibah itu...

pemuda canggung itu GW OM!!
orang baru dateng diskusi suruh ngomong parah...ya ga ad "amunisi", berfilosofi aj...

Unknown said...

ada beberapa point yang mau gw commentin:

1. diskusi menarik? itu sindiran seph? hehe btw thanx banget ya seph udah nyempetin buat dateng :) hehe.

2. waktu di kantin ie kemaren kalo ga salah lo bilang si teman "menyarankan" tapi kalo di postingan ini "mensyaratkan". berarti kalo udah jelas-jelas si teman "mensyaratkan" berarti ada udang di balik batu kan? berarti si teman ingin mengarahkan si tukang nasi goreng menuju kepentingannya kan? nah berarti yang bisa kita salahkan si teman.

nahh kalo kondisinya si teman hanya "menyarankan" berarti kita bisa "sedikit" menyalahkan si tukang goreng, kenapa begitu saja menerima saran si teman tanpa melakukan beberapa pertimbangan dulu, tapi yaa namanya juga tukang nasi goreng ya, jadi belum ngerti juga konsep risk and return, dicekokin dikit langsung manut-manut aja.. hehehe..

hehehe comment yang abal, tapi seenggaknya gw berusaha comment di maha-blog ini.. hahaha..

nb: filosofi lo bener2 ngebuat gw kemaren bengong di kantin ie! mantappp!! kantin ie berikutnya siapkan filosofi yang cadas lagi yaaa :D

kigendengwaras said...

Beneran bgus kok usaha lw bikin diskusi se-IE..

iya ken gw kemren buru2 ngomong yang keluar menyarankan ya? yah yg gw maksud mensyaratkan...

ada udang di balik batu ?

ya ada

namnya juga minjem uang , maunya duitnya kembali dengan risk yang kecil kan..dan (asumsi peminjam yg g a punya tujuan jahat), dia taunya dirumah ddia masak dgn LPG itu bagus kenapa dia harus menyerahkan uanngnya sama orang yang risknya gede (kompor tua)? hehehe

thx ken..yah kalo diundang si gpp..

Fakhrul said...

ahahahaha...

kocak banget,,,

Yang salah adalah tukang nasgornya bang,,,,

Kenapa dia tidak belajar dulu...

Dalam ekonomi keteledoran seperti ini tak bisa dimaafkan...

Setiap orang, pihak ataupun negara, memakan akibat dari apa yang mereka lakukan....

The problem is not in the debt, but in which way the debt is being used...
Debt is good, the cost of debt statistically is cheaper than cost of equity...

Dunia tidak mentolerir kebodohan seperti yang anda contohkan...

^_^

kigendengwaras said...

jadi bang fakhrul setuju sama om...

maksud cerita si pemuda ini emang ingin nunjukkin bahawa syarat2 barat ada yg baik tapi ga bisa kita manfaatin..itu insight nya...

tpiwaktu diskusi banyak yang menanggapi lain juga sih...hahaha

gpp tergantung interpretasi...itulah indahnya perumpamaan..
thx bro