Sunday, March 8, 2009

Status Quo Hutan? Sebuah tinjauan teoritis* (part 1)

Berawal dari sebuah tugas PBL di kampus FEUI , mengenai analisa kebijakan publik dalam kasus illegal logging di Riau (artikel MetroRiau ,“Pembalakan Liar Masih Menghantui”, 1 April 2008), terlintas dipikiran penulis mengenai sengketa hutan yang tampaknya tidak pernah berhenti. Sebagai homo economicus, apa yang dilakukan penulis adalah mencoba melihatnya dari sudut pandang tersendiri.

Forest Dilemma

Tarik-menarik fungsi hutan sangat menarik kita jadikan titik tolak untuk membahas sengketa hutan. Sekarang, mengadaptasi salah satu tools analisis ekonomi, kita akan coba melihat masalah ini in economics common sense. Asumsi awal kita adalah ada dua fungsi hutan (secara garis besar) yang menjadi trade-off dalm pemanfaatan hutan. Pertama, adalah fungsi eksternalitas positif hutan seperti menahan banjir, habitat satwa, dan sebagai “paru-paru” dunia, nantinya kita sebut sebagai utilitas ekologis (E) hutan. Pada sisi lain, hutan menyimpan potensi ekonomi yang terkandung pada kayu ataupun hasil hutan lain yang mendorong manusia “merusak” hutan, yang akan kita sebut utilitas ekonomis (P) hutan. Secara grafis, kita dapatkan hubungan E dan P sebagai berikut:















Grafik FUPC (Forest’s Utilities Possibility Curve) di atas menjelaskan adanya trade-off dalam pemanfaatan utilitas hutan. Apabila kita menggunakan hutan pada utilitas ekologis saja, E max atau P= 0, hal ini terjadi pada kasus hutan lindung. Sebaliknya, apabila E= 0, maka kita gunakan seluruh P atau E= 0 , mungkin terjadi apabila kita membabat suatu hutan habis entah demi kayu ataupun untuk membuka lahan pertanian. Pada kasus P*, adalah kasus umum sebuah hutan dimana kedua fungsi E maupun P diperebutkan. Apabila manusia ingin meningkatkan fungsi ekonomis (P*-->P**, P*>P**) maka lewat mekanisme penebangan kita dengan sendirinya mengurangi utilitas ekologis hutan (E*-->E**, E*< E**).

* Teroritis yang dimaksud tentu bukan teori ekonomi yang terbukti. Berasal dari pemikiran kigendengwaras (penulis) sendiri, sehingga bisa dikatakan ini merupakan sebuah jurnal mini dari sakit kepala memikirkan hutan yang dirasakan oleh kigendengwaras dan dirasa perlu dilampiaskan dalam suatu bentuk tulisan bergambar.

No comments: